Dan untuk mendukung pembuktian keistimewaan XForce, beberapa minggu lalu MMKSI pun mengajak para awak media nasional untuk merasakan secara langsung ketangguhan yang dimiliki oleh Mitsubishi XForce tersebut dengan menempuh rute Solo-Semarang-Yogyakarta. Dan kali ini Ototrend Automotive Media diwakili oleh Doni Darwin Saputra dalam giat test drive dengan menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Semarang.
Selain dilengkapi dengan empat mode berkendara yaitu Normal, Wet, Gravel dan Mud yang dapat dipilih sesuai kondisi jalan, ternyata ada 1 fitur yang tersematkan pada Mitsubishi XForce. Satu fitur ini adalah Driving Sport (DS) berupa tombol yang tersematkan pada sisi tuas transmisi. Pada perjalanan di dalam Tol yang menggunakan mode Normal ini, tarikan mesin SUV terasa sedikit terjeda, namun setelah tombol DS diaktifkan, tenaga yang dimiliki oleh Mitsubishi XForce lebih lepas. "Ketika mode DS, transmisinya dimanipulasi untuk bereaksi lebih cepat," jelas Product Planning Department PT MMKSI, Ngabehi Marzuq.
MITSUBISHI XFORCE BERNOPOL B 1714 SSN. Dikendarai Doni Darwin Ototrend Merute Jakarta-Semarang.
Tenaga mesin yang dimiliki Mitsubishi XForce dibekali dengan mesin 1.499 cc DOHC bertransmisi otomatis CVT. Mesin ini menghasilkan tenaga 77 kW atau sekitar 103 HP dan torsi 141 Nm. Beragam fitur tersemat di Mitsubishi XForce, dan salah satu yang menarik perhatian, tentu saja pada 4 mode berkendaranya, yaitu Normal, Wet, Gravel, dan Mud. Menjadi istimewa, karena teknologi racikan pabrikan berlambang tiga berlian ini tidak ditemukan pada SUV lain sekelasnya.
Sejatinya, 4 mode berkendara Mitsubishi XForce ini, tidak bisa disamakan dengan sistem penggerak 4x4 milik Pajero Sport. Meskipun beberapa fungsi dari teknologi tersebut bisa dikatakan mirip-mirip, seperti dapat digunakan di jalanan dengan genangan air, jalan kerikil, ataupun berlumpur.
Untuk pengetesan 4 mode berkendara Mitsubishi XForce ini, caranya juga cukup mudah, yakni hanya dengan memindahkan tuas yang berada di konsol tengah bawah untuk digerakan ke atas atau ke bawah. Posisi tuas mode berkendara ini juga cukup mudah dijangkau saat berkendara. Berputar di lintasan menggunakan mode wet, lalu melewati jalanan bergelombang menggunakan mode gravel, dan kembali melakukan slalom di lintasan basah menggunakan mode wet semua dapat dilibas tanpa kesulitan yang berarti.
Catatan pengujian, ketika mode diubah menjadi wet atau gravel, memang setir terasa lebih berat, dengan konsekuensi grip yang jauh lebih baik. Jadi, ketika bermanuver di berbagai lintasan yang tersedia dengan kecepatan rata-rata 40 hingga 70 km/jam, tidak ditemukan selip ban atau gejala understeer dan oversteer.
“Dan sebagai tahap lanjutan yaitu tahap ketiga ini, saya mencoba berakselarasi dari 0 hingga 100 km/jam di trek yang lurus. Dirasakan, perpindahan transmisi terasa cukup halus, dan jeda antara satu rasio gear ke rasio berikutnya terasa lembut,” puas Doni Ototrend.
Naskah / Foto : M