Mengusung label kejurnas drag race putaran III dan IV, ajang tersebut seakan mengobati kerinduan penggemar balap trek lempeng akan kompetisi drag race yang sudah cukup lama vakum. "Sebelumnya, seri awal juga digelar di Surabaya bulan Agustus lalu, namun karena dampak pandemi, jadwalnya maju mundur. Nah, sekarang merupakan lanjutan seri sebelumnya," buka Wahyu, punggawa Surabaya Racing Project selaku penggagas acara.
Jadi, event yang berlangsung dua hari menyajikan serial yang berbeda untuk hari pertama dan hari kedua. Artinya, gelaran di hari Sabtu (30/10) merupakan seri ke-3, sedangkan gelaran di hari Minggu (31/10) adalah seri ke-4. "Bisa dibilang, ini adalah lanjutan dari seri Kalimantan, namun karena batal, kemudian kita langsungkan di Surabaya yang berbeda sehari," tutur Nabeil Fitriyady, juri dari PP IMI komisi Drag Race.
So, selain mengobati kerinduan akan event drag, rekan-rekan penggila dragrace juga kian antusias dengan hadirnya hadiah satu unit Toyota Agya untuk pembalap yang membukukan total point terbanyak. Nggak heran, jika kurang lebih 400 starter unjuk gigi di seri kali ini.
Starter-starter dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Barat dominasi dragster tuan rumah seakan tak terbendung. Di kelas bracket 9,5 detik dan 10,5 detik yang merupakan kelas Kejurnas masih menjadi primadona di kalangan dragster. "Selain minim budget juga kendaraan masih bisa diaplikasi untuk harian,” ungkap Fajar dari team Smurf Racing Sidoarjo.
Makin seru dikelas FFA Pro N/A yang banyak dhuni mobil Honda nampak 10 starter rata-rata mengusung mesin teknologi mesin B series untuk menjadi yang tercepat. Namun jika menilik ke tahun 2013 dengan torehan catatan waktu rata-rata mencapai 8,1 detik merupakan rekor lama dengan spek mesin yang sama.
"Harusnya teknologi sekarang dengan alat ukur yang akurat catatan waktu tersebut bisa lebih baik namun realitanya masih sama,” ujar Dedy pemilik garasi Jepang Motor yang mengawal sang putra belajar balap.
naskah/foto : cand/istimewa