Sebelumnya, ITS juga sudah membuat mobil listrik Formula bernama Anargya EV Mark 1.0 tahun 2019 lalu. Dan Anargya EV Mark 2.0 ini merupakan pengembangan terbaru yang dilakukan oleh tim yang dibawahi oleh Pusat Unggulan Iptek Sistem dan Kontrol Otomotif (PUI-SKO) ITS.
Beberapa update perubahan yang dilakukan ke Anargya EV Mark 2.0 ini antara lain tubular frame baru dengan reliabilitas yang lebih baik, optimisasi motor dan efisiensi baterai, serta optimisasi body and wing untuk aerodinamika mobil yang lebih optimal. Anargya EV Mark 2.0 juga memiliki handling dan suspensi yang lebih stabil dari mobil sebelumnya, yang mana tingkat kenyamanan atau ergonomis mobil telah didesain lebih baik.
"Dengan banyak pengembangan, membuat mobil dapat melaju hingga 105 km/jam dengan ketahanan batere mencapai dua jam operasional. Dan karena mobil ini didesain lebih panjang, bisa dikemudikan oleh driver yang berpostur tinggi di atas 185cm," ucap Kevin Denio Setiawan, mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri ITS, yang juga pengemudi sekaligus mechanical manager tim Anargya ITS.

Sementara, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS Prof Dr Ir Adi Soeprijanto mengapresiasi karya para mahasiswa ini. “Harapannya, teknologi ini tidak hanya berfokus untuk kompetisi namun dapat berkembang menjadi sebuah perusahaan rintisan. Teruslah berkarya untuk mengharumkan nama ITS dan Indonesia,” tutur Adi Soeprijanto yang sempat memutari halaman Graha Sepuluh Nopember ITS dengan mengemudikan langsung mobil Anargya Formula EV Mark 2.0. tersebut.
Rencananya, mobil formula listrik Anargya EV Mark 2.0 ini disiapkan untuk tampil di kompetisi Formula Society of Automotive Engineers (FSAE) Japan pada September 2022 mendatang.
Alief Wikarta ST MSc Eng PhD selaku pembina tim Anargya ITS membenarkan bahwa Mark 2.0 ini dirancang khusus untuk mengikuti regulasi dari kompetisi formula SAE Jepang 2022. Salah satu kriteria utama dalam kompetisi ini adalah optimasi kekuatan struktur dan massa yang ringan. “Dibandingkan dengan Anargya EV Mark 1.0, Mark 2.0 diproduksi dengan biaya yang lebih murah dan performa yang lebih baik,” ujarnya.

Nah, untuk memaksimalkan safety di sistem kelistrikannya, perancangan Anargya EV Mark 2.0 menggunakan metode analisa FMEA (Failure Mode Effect Analysis) sehingga keamanan saat operasi dapat terjamin. Sistem electrical safety sendiri berperan mengontrol keandalan atau reliability dari sistem kelistrikan lain, baik low voltage maupun high voltage. “Hal ini memudahkan mobil mendeteksi adanya error, sebab sistem akan mati secara otomatis ketika hal itu terjadi,” tutupnya.
Selain itu, mobil ini menggunakan high voltage untuk memberikan tenaga pada powertrain, sistem transmisi tenaga dari sumber energi menuju roda penggerak. Dibanding keluaran sebelumnya, sistem high voltage pada Anargya EV Mark 2.0 ini menawarkan kapasitas yang lebih besar, sehingga dapat memberikan supply tenaga secara maksimal.
Kondisi mobil sendiri bisa diketahui parameternya lewat sistem auxiliary dan telemetri gelombang radio yang memungkinkan kru Anargya memantau kondisi mobil secara real-time melalui pitstop.
editor : punk, foto : istimewa